Teringat waktu saya pertama kali
bikin es krim instan, segalanya dipersiapkan secara matang mulai dari bubuk
adonannya, susu bubuknya, cokelat, air mineral untuk campuran, wadah, sampai
mixer. Waktu itu saya nggak mau gagal. Meski kemungkinan untuk berhasil hanya
50%. Tapi kenyataan berkata lain. Setelah 1 malam di freezer, besoknya es krim
tersebut sudah raib. Digondol adik dan kakak2 saya. Menyenangkan sekaligus
membangggakan. Es krim saya bisa dinikmati, jadi hiburan dessert, ngabisin
waktu luang, dan membunuh jenuh.
Seperti saya menjalani bidang ini. Saya sengaja menjalaninya tidak setengah-setengah, tapi selalu saja ada hambatan dan rintangan yang menghalangi. Terus terang saya tidak terlalu mengerti ini “bidang” saya atau “profesi”, karena saya masih seorang mahasiswa Kebidanan. Dibilang pelajar, bukan. *dibilang bidan, juga bukan*
Tahun-tahun pertama yang saya jalani sebagai seorang mahasiswa lumayan berat (saya ambil pendidikan D3). Beli buku, baca buku, fotocopy sana-sini, bikin makalah siang-malem, belom lagi tugas kelompok. Senengnya pas kenal teman-teman baru yang datang dari berbagai daerah. Saya akrab dengan sebut saja Tri dari Solo, Jawa Tengah. Orangnya kalem minta ampun. Ada yang dari Kepulauan Sangihe Talaud yang kalo udah ngobrol kayak marah-marah, Gorontalo, Bolaang Mongondow, dan lain-lain, ada juga yang blasteran.
Yang saya rasakan selama 2 tahun ini bersama teman-teman adalah hal yang paling menyenangkan dalam hidup. Saling sapa, jaga etika, cipika-cipiki dan masih banyak lagi. Seluruh jawaban dari misteri kehidupan yang menyenangkan. Saya harap ini bukan hanya mimpi indah, tapi kenyataan yang mengesankan.
Sekarang saya sudah menginjak semester 5 yang tandanya 6 bulan lagi akan lulus. Saya mulai mencintai bidang ini. Bidan, membantu menolong persalinan, menolong ibu yang melahirkan, menolong orang lain yang dalam kesulitan dan ketika bayi itu sudah berada di dunia, bukan main senangnya perasaan seorang bidan. Bidan berprinsip, lebih baik memberi daripada menerima.
Saya berjanji pada diri saya sendiri, tidak akan pernah setengah-setengah dalam menjalani profesi ini. Saya akan terus berusaha. Niat saya adalah menolong orang dan terus belajar. Saya merasa mulai mencintai pekerjaan ini. Saya mencintai bidang ini, bukan sekedar cinta ‘seragam’. Kesulitan yang saya peroleh selama ini, tidak sebanding dengan perasaan bahagia ketika menerima bayi dari dalam rahim seorang ibu, membimbingnya mengucapkan “selamat datang dunia”….
Kelak, saya ingin menjadi bidan profesional dengan menggondol gelar S1 di Surabaya. Kata Nidji, “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia”. Maka, inilah mimpi saya. Saya berani bermimpi.
P. S :Coba dengarkan lagu Laskar Pelangi sekali lagi, pasti batin Anda akan tergugah sewaktu mendengarnya.